Alhamdulillah, kami menikah
Halo, ijinkan saya berbagi kebahagiaan. 10 Mei 2015 menjadi hari yang bersejarah bagi saya dan @himahime Setelah berpacaran selama kurang...
Halo, ijinkan saya berbagi kebahagiaan.
10 Mei 2015 menjadi hari yang bersejarah bagi saya dan @himahime Setelah berpacaran selama kurang lebih 2,5 tahun Akhirnya kami resmi menjadi sepasang suami istri.
Sejak lamaran, kami bersepakat untuk menggelar pesta pernikahan se-sederhana mungkin. Walhasil kami tidak melaksanakannya di gedung, tapi di depan rumah. Kami juga tidak mengundang terlalu banyak orang, yang kami rasa dekat dan tidak memberatkan bagi beliau-beliau untuk datang jikalau memang kami undang.
Terima kasih untuk calon kakak ipar (yang sekarang sudah menjadi kakak ipar) Mbak Lia dan Mas Risang, serta sepupu istri, pasangan paling hits Mbak Lely dan Mas Hengky. Beliau berempat mondar-mandir bantu ngurus a,b,c,d sementara saya 1000km jaraknya. Back to laptop.
Alhamdulillah Akad lancar, meleset 30 menit dari jadwal saya datangnya, tapi ternyata kateringnya juga telat, naibnya juga belum datang (sama telatnya dong). Karena ayah kandung istri saya sudah meninggal 9 tahun yang lalu dan Pakde istri juga baru meninggal beberapa bulan yang lalu, maka wali istri adalah Om Burhan.
Bismillah pukul 8 lewat sekian, dengan lafadz arab saya di"lantik" naib menjadi suami Himmah Sofiana Mursyidah. Di Gresik, menggunakan bahasa arab saat akad nikah sudah hal yang umum. Saya mempelajarinya sebulan sebelum hari H. Adalah ustad Sofyan yang memberikan "kuliah singkat" terkait hal tersebut, termasuk hal - hal yang perlu diperhatikan dalam rumah tangga, semacam pengajian pra-nikah yang singkat dan padat. Mengingat posisi saya yang bekerja di Jakarta dan calon istri yang berada di Gresik.
Pukul 9 Walimatul Ursy. Dengan mengundang Bapak - Bapak di lingkungan perumahan, walimatul Arsy berlangsung khidmat dan lancar. Kami berdua dari awal memang berusaha mengutamakan kewajiban ini. Akad dan Walimah. Inti dari sebuah proses pernikahan, tanpa bermaksud meminggirkan adat istiadat yang ada, kami berusaha melakukan semuanya sesederhana mungkin. Salah satu yang mendasarinya adalah pengalaman saya ketika mengikuti prosesi pernikahan sepupu saya, Mas Dana dengan konsep yang begitu ringkas, padat pada intinya, sakral serta sesuai ajaran agama.
Pukul 11 kami mulai menerima tamu resepsi, hampir semua tamu yang kami undang berkenan hadir. Teman satu angkatan kami juga nyaris komplit, mungkin karena kebetulan kami berdua ini seperti perkawinan kelas A (Istri) dan kelas B (saya). Hanya saja dosen kami tidak ada yang hadir, setelah diusut, ternyata undangan yang kami kirim nyasar di loker hingga beberapa minggu setelah pernikahan kami baru ketahuan.
Pukul 1, sesuai jadwal, acara resepsi berakhir, kami masih sempat bercengkrama dengan teman kampus kami hingga pukul 2. Sementara perabot - perabot mulai dibongkar, kursi sudah dipinggirkan agar jalan bisa dibuka kembali. Sore kami sudah istirahat, tamu yang telat datang di resepsi kami berdatangan secara bergantian, tapi itupun hal yang wajar dan sudah kami antisipasi.
Share foto 1 aja ya..
Terima kasih atas dukungan, kehadiran, dan doa yang luar biasa. Semoga kita semua selalu diberi limpahan rahmat iman, Islam, kesehatan dan rizki yang halal. Amin
10 Mei 2015 menjadi hari yang bersejarah bagi saya dan @himahime Setelah berpacaran selama kurang lebih 2,5 tahun Akhirnya kami resmi menjadi sepasang suami istri.
Sejak lamaran, kami bersepakat untuk menggelar pesta pernikahan se-sederhana mungkin. Walhasil kami tidak melaksanakannya di gedung, tapi di depan rumah. Kami juga tidak mengundang terlalu banyak orang, yang kami rasa dekat dan tidak memberatkan bagi beliau-beliau untuk datang jikalau memang kami undang.
Terima kasih untuk calon kakak ipar (yang sekarang sudah menjadi kakak ipar) Mbak Lia dan Mas Risang, serta sepupu istri, pasangan paling hits Mbak Lely dan Mas Hengky. Beliau berempat mondar-mandir bantu ngurus a,b,c,d sementara saya 1000km jaraknya. Back to laptop.
Alhamdulillah Akad lancar, meleset 30 menit dari jadwal saya datangnya, tapi ternyata kateringnya juga telat, naibnya juga belum datang (sama telatnya dong). Karena ayah kandung istri saya sudah meninggal 9 tahun yang lalu dan Pakde istri juga baru meninggal beberapa bulan yang lalu, maka wali istri adalah Om Burhan.
Bismillah pukul 8 lewat sekian, dengan lafadz arab saya di"lantik" naib menjadi suami Himmah Sofiana Mursyidah. Di Gresik, menggunakan bahasa arab saat akad nikah sudah hal yang umum. Saya mempelajarinya sebulan sebelum hari H. Adalah ustad Sofyan yang memberikan "kuliah singkat" terkait hal tersebut, termasuk hal - hal yang perlu diperhatikan dalam rumah tangga, semacam pengajian pra-nikah yang singkat dan padat. Mengingat posisi saya yang bekerja di Jakarta dan calon istri yang berada di Gresik.
Pukul 9 Walimatul Ursy. Dengan mengundang Bapak - Bapak di lingkungan perumahan, walimatul Arsy berlangsung khidmat dan lancar. Kami berdua dari awal memang berusaha mengutamakan kewajiban ini. Akad dan Walimah. Inti dari sebuah proses pernikahan, tanpa bermaksud meminggirkan adat istiadat yang ada, kami berusaha melakukan semuanya sesederhana mungkin. Salah satu yang mendasarinya adalah pengalaman saya ketika mengikuti prosesi pernikahan sepupu saya, Mas Dana dengan konsep yang begitu ringkas, padat pada intinya, sakral serta sesuai ajaran agama.
Pukul 11 kami mulai menerima tamu resepsi, hampir semua tamu yang kami undang berkenan hadir. Teman satu angkatan kami juga nyaris komplit, mungkin karena kebetulan kami berdua ini seperti perkawinan kelas A (Istri) dan kelas B (saya). Hanya saja dosen kami tidak ada yang hadir, setelah diusut, ternyata undangan yang kami kirim nyasar di loker hingga beberapa minggu setelah pernikahan kami baru ketahuan.
Pukul 1, sesuai jadwal, acara resepsi berakhir, kami masih sempat bercengkrama dengan teman kampus kami hingga pukul 2. Sementara perabot - perabot mulai dibongkar, kursi sudah dipinggirkan agar jalan bisa dibuka kembali. Sore kami sudah istirahat, tamu yang telat datang di resepsi kami berdatangan secara bergantian, tapi itupun hal yang wajar dan sudah kami antisipasi.
Share foto 1 aja ya..
Bersama keluarga Trenggalek |
3 komentar
Eh... ada aku :P
ReplyEh... ada aku :P
ReplyHaha, makasi udah dateng Kakak
ReplyPembaca yang baik pasti meninggalkan feedback